Langsung ke konten utama

Rancangan untuk Membuat Saya Menjadi Bersemangat Lagi

 Bosan adalah hal yang wajar menurut saya. Apalagi ketika bosan melakukan hal yang sama secara terus menerus. Padahal kegiatan itu penting untuk dilakukan secara terus menerus dalam waktu yang lama. Seperti Latihan fisik agar badan kita kekar. Atau membaca buku untuk mendapatkan suatu insight. Bangun pagi setiap hari agar tidak telat pergi kerja. Sebelumnya saya berpikir bahwa liburan penting untuk diselipkan dalam kegiatan kita yang sibuk, namun jika liburan tersebut juga terulang beberapa kali. Lama - lama liburan itu juga membosankan. Liburan diganti dengan hiburan, seperti membaca komik, bermain game, atau hal - hal yang menghibur lainnya. Namun jika kegiatan itu dilakukan berulang - ulang lama - lama kesenangan yang saya dapatkan semakin berkurang dan saya memerlukan waktu yang lebih banyak melakukan kegiatan menghibur itu untuk waktu yang lebih lama agar bisa kembali "fresh". Jadi bagaimana biar ketika saya tetap bosan, saya masih bisa memaksa tubuh saya untuk tetap mel

Pengalaman Pertama Berjualan di Pasar Kaget

Saya adalah seorang mahasiswa jurusan teknik elektro, seperti kebanyakan mahasiswa teknik lainnya, kami terbiasa meluangkan waktu untuk belajar buku literatur demi meningkatkan pengetahuan tentang program studi yang kami dalami (katanya...). Bagaimana jadinya jika orang yang terbiasa mengatasi masalah dengan berpegang pada buku pedomannya, terjun ke bidang lain? Jangan tanya buku bisnis apa yang telah saya baca, apalagi teknik meraih sukses dalam "buset cepet banget" hari. Karena bermodalkan keinginan saja, saya memberanikan diri untuk berjualan. Inginnya sih setelah lulus berwirausaha, selain tidak memiliki ilmu yang cukup dalam tentang teknik elektro, saya juga tidak ingin bekerja dengan orang lain. Bukan maksud menyinggung para karyawan, saya percaya para pengusaha dan karyawan memiliki derajat yang sama, tidak ada yang lebih tinggi dan lebih rendah. Seorang karyawan yang memiliki skill luar biasa sudah pasti akan dikejar banyak pengusaha, pemain bola misalnya. Mereka yang berkarya lewat kemampuannya menggiring bola dan mendapatkan banyak prestasi akan selalu diincar oleh klub - klub sepak bola.



Namun dengan kemampuan teknik elektroku yang sekarang, akan lebih baik jika aku juga merintis sebuah usaha dan kaos adalah usaha yang akan saya rintis. Kenapa? karena lokasi saya yang berada di kota Bandung memiliki banyak sekali konveksi dan memang terkenal dengan distronya. Walaupun saingannya banyak saya tidak peduli.

Urung punya kisah, akhirnya saya mencetak beberapa kaos dan mulai berjualan. Sebagai mahasiswa yang tidak punya modal, bagaimana saya meletakkan barang dagangan saya? Kalau saya titipkan ke distro - distro terdekat saya masih minder, saya masih menilai kaos yang tercetak ini belum sepenuhnya oke, karena memang pada saat itu saya tidak memikirkan apa pun. Saya mengerti kekurangan saya, walaupun saya berpikir sesempurna mungkin tentang mengawali usaha ini, saya sadar pasti akan ada cacatnya. Dan walaupun saya berpikir lagi untuk menyempurnakannya, pasti juga ada cacatnya. Karena dasar saya yang tidak ada tentang bisnis ini, bagaimana bisa bisnis ini tidak akan gagal oleh saya yang tidak memiliki dasar apa pun? Jelas saja saya tahu bisnis ini akan gagal tetapi tetap akan saya jalani, kenapa? Karena dengan itu saya akan belajar dan memperbarui rencana saya. Sesempurna rencana saya pasti kedepannya akan gagal karena saya yang tidak memiliki dasar tentang itu. Daripada terbelenggu oleh pikiran seperti itu lebih baik hajar saja. Biarkan saja saya gagal, nanti juga akan tau dimana salahnya.

Kok tau gagal tetap saja dijalani?

Karena saya tau pada saat itu tidak ada yang cacat pada rencana saya, saya tau itu sudah terpikirkan oleh saya sendiri. Saya tidak menemukan cacat. Tapi apakah rencana yang dipikirkan oleh satu orang ini akan sukses? tentu tidak, pasti akan ada salahnya. Terus kenapa tetap dilanjutkan? Karena kalau tidak dilanjutkan kita tidak akan tau salahnya.

Dengan pikiran seperti ini akhirnya saya berencana untuk membuka lapak di kawasan kampus saya. Pasar kaget lah istilahnya, lokasi ini ada tiap hari minggu pagi. Segala macam packaging telah saya buat, strategi penjualan telah saya pikirkan, segala macam peralatan telah saya sediakan (walaupun minim sekali karena tidak ada dana). Akhirnya saya membuka lapak, hanya menggunakan meja kecil tempat menjajakan barang. Disana saya merasa kecil sekali, sangat kecil. Terasa sekali himpitan pedagang yang sudah senior disebelah saya, karena kebetulan saya membuka lapak di sebelah lapak pakaian juga. Tidak ada satupun orang yang berhenti untuk melihat - lihat. Kenapa bisa seperti ini? Ternyata pasar yang saya masuki memang tidak tepat. Di tempat ini banyak sekali yang berjualan kaos - kaos bekas, tidak tanggung - tanggung harganya. 35rb. Bagaimana bisa saya bersaing dengan harga semurah itu? dan target pertama yang saya rencanakan tidak tepat juga, karena bukannya para mahasiswa yang datang kesini malah banyak warga sekitar, notabene udah pada tua semua dan anaknya - anaknya masih kecil. Jelas saja, warga sekitar yang berumur seperti saya, tidak ada disini. Mereka bekerja dan kebanyakan keluar daerah. Total defeat. Benar - benar kalah. Baru aku sadar, ada beberapa aspek dan sifat pasar yang harus dipelajari terlebih dahulu. Mungkin yang membaca bukunya akan langsung mengerti, tetapi inilah yang saya alami. Pahit.

Komentar

  1. Artikelnya keren dan saya salut dengan tulisan rekan seperti ini diatas
    "Tapi apakah rencana yang dipikirkan oleh satu orang ini akan sukses? tentu tidak, pasti akan ada salahnya. Terus kenapa tetap dilanjutkan? Karena kalau tidak dilanjutkan kita tidak akan tau salahnya."


    Dalam praktek2 Bisnis, kendala adalah salah satu hal yang paling dicari untuk melihat seberapa pentingnya atau peluangnya bagi pasar dan kelanjutannya.

    Sukses selalu

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah jangan di quote gan saya jadi malu hahahaha.

      Hapus

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungannya, klik like, berbagi, dan berlangganan jika menyukai halaman ini

Tidak untuk direproduksi tanpa sepengetahuan saya atau tanpa mencantumkan link blog ini.